TRENDING NOW


Setelah hampir 14 tahun absen, Etihad Airways akhirnya mengumumkan akan kembali membuka layanan penerbangan langsung menuju Damaskus. Maskapai nasional Uni Emirat Arab itu menjadwalkan penerbangan perdana dari Abu Dhabi ke ibu kota Suriah pada 12 Juni mendatang dengan frekuensi empat kali seminggu menggunakan pesawat Airbus A320.

Langkah ini menandai kembalinya Etihad ke pasar Suriah sejak menangguhkan operasinya pada Agustus 2012 ketika perang saudara berkecamuk semakin hebat. Sejak saat itu, Damaskus terputus dari banyak jalur penerbangan internasional, sehingga kepulangan Etihad dipandang sebagai tonggak penting bagi sektor transportasi udara Suriah.

CEO Etihad, Antonoaldo Neves, menegaskan bahwa keputusan ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk menghubungkan orang-orang dengan destinasi yang paling berarti bagi mereka. Ia menambahkan bahwa ekspansi jaringan ke Damaskus juga merupakan bentuk dukungan kepada rakyat Suriah yang membutuhkan akses langsung ke Abu Dhabi dan koneksi global lainnya.

Kembalinya Etihad tidak hanya dilihat sebagai isu transportasi, melainkan juga sebagai tanda menguatnya hubungan dagang dan budaya antara Uni Emirat Arab dan Suriah. Data menunjukkan perdagangan kedua negara tumbuh 23 persen pada 2024 dengan nilai mencapai 2,5 miliar dirham atau sekitar 680 juta dolar AS.

Selain itu, komunitas diaspora Suriah di Uni Emirat Arab juga terbilang besar, dengan lebih dari 350.000 orang yang kini bermukim di sana. Kehadiran penerbangan langsung diyakini akan semakin memudahkan mobilitas warga, baik untuk urusan keluarga, bisnis, maupun pendidikan.

Etihad menjadi maskapai terbaru yang meramaikan tren kembalinya penerbangan internasional ke Suriah pada 2025. Sebelumnya, Qatar Airways, Royal Jordanian, dan Turkish Airlines sudah lebih dahulu mengumumkan operasi kembali pada Januari, diikuti Emirates pada Juli.

Selain itu, sejumlah maskapai asal Teluk seperti Flydubai, Flynas, dan Air Arabia juga sudah membuka rute ke Damaskus. Maskapai Eropa Dan Air pun ikut merambah pasar yang mulai terbuka kembali. Bahkan, maskapai berbiaya rendah asal Arab Saudi, Flyadeal, telah menjadwalkan penerbangan perdana dari Jeddah dan Riyadh pada Oktober.

Data OAG Schedules Analyser memperlihatkan bahwa kini ada 13 maskapai yang melayani Suriah, 11 di antaranya berasal dari luar negeri. Operator lokal Fly Cham memegang pangsa terbesar dengan 26,9 persen kursi keberangkatan, disusul Qatar Airways dengan 13,5 persen dan Royal Jordanian sebesar 9,6 persen.

Secara total, Suriah kini terhubung dengan 21 rute internasional, 16 di antaranya dari Damaskus dan lima dari Aleppo. Kehadiran Etihad semakin memperkaya pilihan bagi penumpang yang ingin menjangkau Suriah dari kawasan Teluk maupun sebaliknya.

Pasar Teluk memang menjadi salah satu motor utama dalam pemulihan transportasi udara Suriah. Pada September, Sharjah dan Dubai tercatat sebagai rute terbesar kedua dan ketiga dari Suriah berdasarkan kapasitas kursi, hanya kalah dari Kuwait.

Dengan tambahan rute Abu Dhabi, hubungan udara Suriah dengan Teluk akan semakin kuat, menopang tingginya permintaan ekspatriat sekaligus memperkuat jalinan bisnis antarwilayah. Hal ini dipandang strategis bagi Suriah yang tengah berusaha keluar dari isolasi panjang.

Kebangkitan sektor penerbangan juga berjalan beriringan dengan upaya besar membangun kembali infrastruktur. Konsorsium yang dipimpin Qatar sudah menjanjikan pendanaan 250 juta dolar AS untuk Syrian Air guna membeli hingga 10 unit Airbus A320.

Tak hanya itu, proyek ambisius senilai 4 miliar dolar AS juga sedang digagas untuk merevitalisasi dan memperluas Bandara Internasional Damaskus agar mampu menampung pertumbuhan lalu lintas penumpang di masa depan.

Bagi Etihad sendiri, Damaskus merupakan destinasi baru ke-28 yang diumumkan dalam setahun terakhir. Maskapai ini tengah giat memperluas jaringan ke Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa Timur, termasuk Almaty, Baku, Bucharest, Medina, Tbilisi, hingga Tashkent.

Pihak otoritas Suriah menyambut baik langkah Etihad dan maskapai lain yang kembali melayani penerbangan ke negaranya. Mereka menilai kehadiran jaringan internasional akan membantu mempercepat pemulihan ekonomi dan membuka peluang kerja baru.

Namun, sejumlah analis menilai kembalinya maskapai asing juga menjadi ujian besar bagi sektor keamanan penerbangan Suriah. Stabilitas di darat dan koordinasi dengan otoritas internasional harus terus diperkuat agar kepercayaan penumpang dan maskapai tetap terjaga.

Selain faktor keamanan, tantangan lain adalah kondisi fasilitas bandara yang sebagian masih membutuhkan renovasi setelah lama terabaikan akibat perang. Pemerintah Suriah disebut telah menyiapkan rencana peningkatan layanan untuk mendukung arus penumpang yang kian meningkat.

Meski begitu, kehadiran Etihad dan maskapai lain memberikan optimisme baru bahwa Suriah bisa kembali menjadi bagian dari peta penerbangan internasional. Hal ini diharapkan mampu menumbuhkan kembali pariwisata, investasi, dan hubungan antarwarga yang terputus selama lebih dari satu dekade.

Di tengah berbagai kesulitan ekonomi dan sosial yang masih membayangi, kabar kembalinya Etihad dianggap sebagai angin segar bagi masyarakat Suriah. Kehidupan yang sempat terhenti kini mulai menemukan jalannya kembali menuju normalitas.

Dengan langkah-langkah pemulihan yang berkelanjutan, Suriah kini memiliki peluang untuk membuktikan bahwa negaranya siap menyambut dunia lagi. Etihad hanya menjadi salah satu simbol dari proses panjang yang baru saja dimulai, namun dampaknya sudah terasa bagi banyak pihak.

Baca selanjutnya


Perang panjang di Gaza sejak Oktober 2023 telah meninggalkan jejak tragedi kemanusiaan yang sulit dilupakan. Berdasarkan hasil survei kematian independen pertama yang dilakukan sepanjang konflik, diperkirakan hampir 84.000 orang tewas di Gaza hingga awal Januari 2025. Jumlah ini mengejutkan banyak pihak karena jauh melampaui populasi seluruh Dataran Tinggi Golan, kawasan perbukitan strategis yang sejak lama diduduki Israel.

Dataran Tinggi Golan saat ini dihuni sekitar 54.000 orang, terdiri dari sekitar 28.000 pemukim Yahudi Israel dan sekitar 26.000 warga Arab Suriah, mayoritas Druze, yang masih menetap di lima desa utama di wilayah tersebut. Jumlah penduduk di kawasan ini selama bertahun-tahun relatif stabil karena kebijakan ketat Israel terhadap penduduk asli Suriah di wilayah itu.

Perbandingan kedua angka ini menggambarkan besarnya skala korban jiwa yang jatuh di Gaza. Dalam kurun waktu lebih dari setahun perang, korban tewas di Gaza hampir mencapai satu setengah kali lipat dari total penduduk Dataran Tinggi Golan. Ini menjadi salah satu tragedi paling berdarah dalam sejarah konflik Israel–Palestina.

Studi yang mencatat jumlah korban di Gaza menyebutkan lebih dari separuh korban adalah perempuan dewasa, anak-anak, dan orang lanjut usia. Situasi ini makin diperburuk karena infrastruktur medis di Gaza porak-poranda akibat gempuran tanpa henti. Rumah sakit, klinik, dan pusat layanan kesehatan yang menjadi rujukan penghitungan korban pun hancur.

Sementara itu, Dataran Tinggi Golan tetap menjadi kawasan strategis Israel dengan populasi kecil, tetapi penting secara geopolitik. Kawasan ini dikuasai sejak 1967 dan hanya dihuni sekitar 54.000 penduduk. Meski menjadi wilayah sengketa internasional, Golan relatif aman dari konflik langsung yang menghancurkan seperti di Gaza.

Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza per 25 Juni 2025 mencatat 56.200 korban jiwa secara resmi. Namun data ini sering diperdebatkan karena kesulitan dalam pencatatan di tengah serangan militer. Banyak pihak meyakini angka sebenarnya jauh lebih tinggi, terutama setelah beberapa rumah sakit utama tidak lagi bisa beroperasi.

Survei kematian independen yang dipublikasikan melalui preprint server medRxiv pekan lalu memperkirakan angka korban bisa mencapai 84.000 jiwa. Meski belum melalui proses peer review, studi ini menjadi gambaran awal tentang skala kerusakan kemanusiaan yang lebih besar dari apa yang tercatat secara resmi.

Di sisi lain, komunitas Arab Suriah di Dataran Tinggi Golan yang terdiri dari warga Druze dan Alawite tetap bertahan di tengah status mereka yang belum diakui sebagai warga negara penuh Israel. Jumlah mereka sekitar 26.000 orang, tersebar di lima desa yang sebagian besar menolak kewarganegaraan Israel sejak 1967.

Pemukim Yahudi Israel yang tinggal di Golan berjumlah sekitar 28.000 jiwa, tersebar di 30 permukiman resmi. Kehidupan di kawasan ini jauh dari ancaman perang besar, meskipun Israel beberapa kali melakukan serangan udara ke wilayah perbatasan Suriah untuk menghadapi milisi bersenjata di seberangnya.

Kondisi di Gaza kontras dengan situasi di Golan yang stabil. Perang di Gaza menyebabkan gelombang pengungsian, kerusakan infrastruktur total, dan sistem kesehatan yang lumpuh total. Sebaliknya, di Dataran Tinggi Golan, permukiman berjalan normal dengan fasilitas layanan publik yang lengkap dan dukungan penuh dari pemerintah Israel.

Tragedi kemanusiaan di Gaza menciptakan luka dalam di dunia Arab. Banyak kalangan menyayangkan bahwa jumlah korban yang sedemikian besar sampai melebihi populasi seluruh Dataran Tinggi Golan tidak diiringi dengan solusi damai yang konkret. Upaya gencatan senjata pun kerap gagal karena kebuntuan diplomatik.

Sejumlah analis menilai perbandingan ini menunjukkan betapa timpangnya dampak konflik di berbagai wilayah yang berada dalam kendali Israel. Golan yang strategis tetap dipertahankan stabil, sementara Gaza terus mengalami eskalasi kekerasan dengan korban sipil dalam jumlah masif.

Walau demikian, warga di Dataran Tinggi Golan yang masih berstatus penduduk Arab Suriah tetap memperjuangkan identitasnya. Mereka terus menolak aneksasi penuh Israel meski ditawari berbagai fasilitas. Kondisi mereka juga berbeda jauh dari warga Gaza yang kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan akibat serangan militer.

Perbedaan jumlah korban dan populasi ini mencerminkan kesenjangan besar dalam penanganan krisis kemanusiaan di kawasan tersebut. Gaza menjadi simbol penderitaan, sementara Golan menjadi lambang kontrol geopolitik Israel di perbatasan utara.

Hingga saat ini, dunia internasional terus menyoroti tingginya angka korban di Gaza. Beberapa organisasi kemanusiaan mendesak dibukanya akses bantuan dan penghitungan korban yang lebih akurat. Banyak pihak yakin jumlah korban terus bertambah di luar catatan resmi.

Di wilayah Dataran Tinggi Golan, penduduk Arab setempat tetap hidup di bawah ketentuan hukum militer Israel. Meski jarang terjadi bentrokan langsung, mereka berada dalam situasi politik sensitif, sementara pemukim Yahudi menikmati kehidupan modern dengan dukungan penuh pemerintah.

Konflik Gaza telah menjadi krisis kemanusiaan terbesar di Timur Tengah dalam dua dekade terakhir. Jumlah korban yang melebihi populasi kawasan strategis seperti Dataran Tinggi Golan menjadi cermin kelam situasi kemanusiaan yang belum menemukan jalan keluar.

Banyak pemerhati politik regional menyebut bahwa perbandingan jumlah korban dan penduduk ini bisa menjadi momen refleksi bahwa harga sebuah konflik jauh lebih tinggi dari sekadar perebutan wilayah. Jumlah nyawa manusia yang hilang dalam waktu singkat jauh melampaui angka penduduk di kawasan strategis yang selama ini menjadi sengketa.

Dengan hampir 84.000 jiwa tewas di Gaza, angka itu bukan hanya statistik. Setiap angka adalah cerita keluarga, anak-anak, perempuan, dan orang tua yang tidak sempat menyelamatkan diri. Angka itu kini resmi lebih besar dari jumlah penduduk Dataran Tinggi Golan yang selama lima dekade terakhir hidup di bawah kontrol penuh Israel.

Ekonomi kreator di Arab Saudi menunjukkan lonjakan signifikan pada kuartal pertama 2025 dengan pertumbuhan mencapai 32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa lonjakan ini didorong oleh semakin populernya konten buatan pengguna serta dominasi platform TikTok sebagai media utama para kreator digital di negara tersebut.

Pertumbuhan ini mencerminkan pergeseran perilaku digital masyarakat Arab Saudi, di mana konsumsi konten buatan pengguna kian meningkat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan generasi muda, tetapi juga mulai merambah kelompok usia yang lebih luas. Konten-konten yang bersifat otentik dan menghibur kini lebih digemari dibandingkan iklan tradisional atau konten yang terlalu formal.

TikTok muncul sebagai platform terdepan dalam transformasi ini, dengan jumlah kreator aktif yang meningkat drastis selama beberapa bulan terakhir. Para analis menyebut bahwa algoritma TikTok yang mampu menyajikan konten relevan secara personal menjadi salah satu kunci kesuksesan platform asal Tiongkok tersebut di pasar Arab Saudi.

Selain itu, peningkatan pendapatan para kreator konten juga menjadi indikator utama pertumbuhan sektor ini. Laporan menyebutkan bahwa rata-rata pendapatan kreator digital di Arab Saudi meningkat hingga 28 persen pada kuartal pertama 2025, sebagian besar berkat kolaborasi dengan merek lokal maupun global.

Banyak perusahaan kini mulai memanfaatkan kekuatan para influencer untuk memasarkan produk mereka secara lebih efektif. Strategi ini terbukti lebih hemat biaya dibandingkan kampanye iklan konvensional, sekaligus memberikan dampak yang lebih besar terhadap keputusan konsumen.

Menurut laporan tersebut, jumlah kolaborasi antara merek dan kreator meningkat hingga 45 persen dibandingkan awal tahun lalu. Ini menunjukkan adanya pergeseran yang jelas dalam strategi pemasaran digital di Arab Saudi, dari pendekatan tradisional menuju model yang lebih berorientasi pada komunitas dan partisipasi.

Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Arab Saudi menyambut baik perkembangan ini dan menyatakan bahwa sektor ekonomi kreator merupakan bagian penting dari visi nasional Saudi Vision 2030. Pemerintah terus mendorong inovasi digital sebagai pilar utama diversifikasi ekonomi di luar sektor minyak dan gas.

Banyak kreator konten yang kini menjadikan aktivitas ini sebagai sumber pendapatan utama. Bahkan, sejumlah nama lokal telah berhasil menembus pasar internasional, menjadikan Arab Saudi sebagai salah satu kekuatan baru dalam ekonomi kreator global.

Faktor pendukung lainnya adalah meningkatnya penetrasi internet dan penggunaan smartphone di kalangan masyarakat Saudi. Koneksi yang cepat dan perangkat yang semakin terjangkau memungkinkan lebih banyak orang untuk menjadi bagian dari ekosistem kreator digital.

Tren ini juga mendorong lahirnya berbagai agensi manajemen kreator dan platform pendukung monetisasi konten. Mereka berperan sebagai jembatan antara kreator dan merek, sekaligus memberikan pelatihan dan sumber daya agar para kreator bisa mengoptimalkan potensi mereka.

TikTok, sebagai pemimpin pasar, terus berinovasi dengan menambahkan fitur-fitur baru seperti TikTok Shop dan layanan streaming langsung, yang turut memperluas peluang pendapatan bagi para kreator. Langkah ini direspon positif oleh komunitas pengguna di Arab Saudi yang dikenal sangat aktif secara digital.

Konten-konten bertema budaya lokal, komedi, tutorial, hingga opini publik menjadi jenis yang paling digemari di platform ini. Kreator lokal dinilai berhasil mengemas identitas budaya Saudi dengan pendekatan kreatif yang menarik perhatian audiens dalam dan luar negeri.

Laporan juga mencatat bahwa waktu yang dihabiskan masyarakat Saudi untuk menonton konten buatan pengguna meningkat lebih dari 20 persen dalam tiga bulan terakhir. Ini menunjukkan bahwa konten digital kini menjadi bagian penting dari gaya hidup sehari-hari.

Tren ini turut memicu pertumbuhan di sektor-sektor terkait seperti produksi video, jasa pengeditan, musik latar, dan desain grafis. Efek domino ini menciptakan lapangan kerja baru dan mendukung pertumbuhan ekonomi digital secara keseluruhan.

Perusahaan media tradisional pun mulai menyesuaikan diri dengan tren ini dengan menggandeng kreator konten untuk menjangkau audiens yang lebih muda. Mereka menyadari bahwa keterlibatan digital adalah kunci untuk tetap relevan di tengah persaingan yang semakin ketat.

Meski begitu, tantangan tetap ada, termasuk soal regulasi, keamanan data, dan penyaringan konten negatif. Pemerintah Arab Saudi menyatakan akan terus meningkatkan sistem pengawasan tanpa menghambat kebebasan berkreasi para pengguna.

Kondisi ini mencerminkan pertumbuhan yang sehat dalam lanskap media digital Arab Saudi. Dengan dukungan teknologi, kebijakan, dan semangat berinovasi, ekonomi kreator diprediksi akan terus mencatatkan pertumbuhan positif di tahun-tahun mendatang.

Arab Saudi kini tidak hanya menjadi pasar konsumsi konten, tetapi juga produsen konten yang diperhitungkan secara global. Ini merupakan langkah besar menuju transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Keberhasilan TikTok di Arab Saudi menjadi cermin dari potensi besar ekonomi kreator yang belum sepenuhnya digarap. Banyak pihak optimistis bahwa tren ini akan terus berlanjut, membuka peluang lebih luas bagi generasi kreatif di seluruh negeri.