Nuris Student Exchange Programme (NSEP) atau pertukaran pelajar Nuris dengan lembaga di luar negeri tahun ini terus berlanjut. Setelah memberangkatkan 19 santri ke Malaysia, Thailand, dan Singapura akhir bulan lalu, kini 5 santri Nuris bersiap-siap untuk belajar dan mengajar di negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir.

Kelima orang tersebut berasal dari MA Unggulan Nuris. Mereka adalah Ahmad Fauzan, M. Kavin Robbani (kelas XI PK A)  Abdul Aziz (kelas XI PK B),  Ihza Wahyu F. (kelas XI IPA)  dan M. Hasan Ulil Absor (kelas X PK A). Mereka terpilih sebagai peserta NSEP melalui seleksi internal yang sangat ketat.  Selain cerdas dan cakap, mereka juga harus mengikuti seleksi khusus.

“Yang pasti, mereka harus fasih berbahasa Arab dan Inggris. Itu wajib. Bahkan calon peserta masih harus mengikuti pembinaan  bahasa Arab logat Mesir atau yang dikenal dengan istilah bahasa ‘amiyah,” ucap Kepala Humas Yayasan Nurul Islam (Nuris) Jember, Gus Abdurrahman Fathoni di Nuris kepada NU Online, Kamis (9/2).

Pembinaan bahasa Arab khas Mesir dilakukan 3 kali dalam seminggu di bawah bimbingan Kiai Ahmad Fauzan, seorang kiai yang cukup lama bermukim di Mesir. Menurut Gus Abdurrahman, sebelum berangkat ke Arab Saudi dan Mesir, kelima sanrri tersebut terus diberi pembekalan, khusunya di sisi logat bahasa dan adat  istiadat Meser.

Dikatakannya, cukup sulit belajar bahasa Arab ‘amiyah. Sebab, bahasa tersebut tak seperti bahasa Arab yang standar. Banyak huruf yang berubah seperti kata ‘tsalatsa’ dalam bahasa Arab standar menjadi ‘talata’ dalam bahasa Mesir. ”Akhirnya mereka didorong untuk terus mencari tahu dan mendengarkan logat bahasa Arab  khas Mesir,” lanjutnya.

Abdul Aziz, mengaku gembira terpilih sebagai peserta NSEP. Menurutnya, hal terebut sangat berguna tidak saja bagi peningkaran wawasan keilmuan yang langsung dari pusat peradaban Islam, tapi juga berguna untuk memahami tipologi politik rakyat kedua negara tersebut.

“Kalau Arab Saudi relatif aman. Tapi Mesir dan negara sekitarnya, sangat rawan terjadi konflik horisontal, itu kenapa? Padahal muslimnya mayoritas. Syukurlah Indonesia aman meskipun terdapat beragam agama, suku dan budaya,” ungkapnya. (sumber)
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.