Kelima orang tersebut berasal dari MA Unggulan Nuris. Mereka adalah Ahmad Fauzan, M. Kavin Robbani (kelas XI PK A) Abdul Aziz (kelas XI PK B), Ihza Wahyu F. (kelas XI IPA) dan M. Hasan Ulil Absor (kelas X PK A). Mereka terpilih sebagai peserta NSEP melalui seleksi internal yang sangat ketat. Selain cerdas dan cakap, mereka juga harus mengikuti seleksi khusus.
“Yang pasti, mereka harus fasih berbahasa Arab dan Inggris. Itu wajib. Bahkan calon peserta masih harus mengikuti pembinaan bahasa Arab logat Mesir atau yang dikenal dengan istilah bahasa ‘amiyah,” ucap Kepala Humas Yayasan Nurul Islam (Nuris) Jember, Gus Abdurrahman Fathoni di Nuris kepada NU Online, Kamis (9/2).
Pembinaan bahasa Arab khas Mesir dilakukan 3 kali dalam seminggu di bawah bimbingan Kiai Ahmad Fauzan, seorang kiai yang cukup lama bermukim di Mesir. Menurut Gus Abdurrahman, sebelum berangkat ke Arab Saudi dan Mesir, kelima sanrri tersebut terus diberi pembekalan, khusunya di sisi logat bahasa dan adat istiadat Meser.
Dikatakannya, cukup sulit belajar bahasa Arab ‘amiyah. Sebab, bahasa tersebut tak seperti bahasa Arab yang standar. Banyak huruf yang berubah seperti kata ‘tsalatsa’ dalam bahasa Arab standar menjadi ‘talata’ dalam bahasa Mesir. ”Akhirnya mereka didorong untuk terus mencari tahu dan mendengarkan logat bahasa Arab khas Mesir,” lanjutnya.
Abdul Aziz, mengaku gembira terpilih sebagai peserta NSEP. Menurutnya, hal terebut sangat berguna tidak saja bagi peningkaran wawasan keilmuan yang langsung dari pusat peradaban Islam, tapi juga berguna untuk memahami tipologi politik rakyat kedua negara tersebut.
“Kalau Arab Saudi relatif aman. Tapi Mesir dan negara sekitarnya, sangat rawan terjadi konflik horisontal, itu kenapa? Padahal muslimnya mayoritas. Syukurlah Indonesia aman meskipun terdapat beragam agama, suku dan budaya,” ungkapnya. (sumber)
Post A Comment:
0 comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.